Sewaktu akan berbuka, lebih baik mana, makan atau sholat Maghrib dulu?
Judul dari tulisan yang berbentuk pertanyaan ini kalau dibahas dari pandangan agama menurut saya, bukannya menggunakan frase lebih baik mana, ‘disebabkan frase lebih baik mana ini adalah hasil pertimbangan akal, dan sudah kita ketahui, kalau mendiskusikan persoalan agama, panutan kita adalah sunnah bukan akal. Sebab akal manusia terbatas kemampuannya untuk memahami sesuatu yang ghaib/ tersembunyi. artinya lagi kemampuan akal mengolah harus disingkirkan untuk mencari kemurniannya, adapun yang dipakai adalah pengetahuan agama seperti yang dicontohkan dalam sunnah Rasullullah, sunnah para Tabiin, dan sunnah dari pengajaran Imam yang empat. Kesimpulannya, judul dari tulisan ini yang tepatnya adalah Bagaimana Cara Rasullullah Berbuka Puasa. Apa yang penulis tuturkan dalam kalimat diatas adalah baru pembukaannya saja, adapun kupasan intinya, ikuti yang berikut ini, dan anda jangan kemana-mana dulu.
Pandangan yang sholat Maghrib dulu baru makan malam
Mereka yang menjalani tentunya mereka pula yang merasakan. Kelompok ini beralasan, dengan mengerjakan sholat fardhu Maghrib terlebih dahulu, ada ketenangan jiwa tersendiri yang didapatkan setelah melaksanakannya. Tidak perlu lagi melihat jam dinding tiap sebentar, khawatir waktu sholat Maghrib sudah lewat atau sudah masuk waktu Isya. Dan dengan melaksanakan sholat Maghrib terlebih dahulu, makan malam sesudahnya untuk tujuan berbuka puasa dapat lebih leluasa dikerjakan. Bagi yang terbiasa merokok, dengan menghisap sebatang rokok, puasa yang dikerjakan di hari itu tambah lebih nikmat lagi. Diajak bercengkrama sejenak, orang-orang pada kelompok ini pun asyik dibawa serta, karena kewajiban sholat telah mereka kerjakan, mereka telah makan minum dengan puasnya, dan diajak untuk sholat tarwih di mesjid/mushalla terdekat , orang pada kelompok ini, menurut saja, bahkan sangat ngotot sekali. Membuka-buka 99 sifat Allah, salah satunya adalah Al Basith yang berarti Maha Melapangkan. entah boleh atau tidak(semua ini pekerjaannya para alim ulama), sifat Allah ini tampak terlihat dimuka orang yang berbuka puasa dengan cara ini. Mereka hanya berbuka puasa dengan meminum seteguk air, memakan sebutir korma/pisang, kemudian mengerjakan sholat fardhu Maghrib, baru kemudian makan minum besar, mendapatkan kelapangan fikiran dari caranya memulai kegiatan berbuka puasa. Pada kenyataannya, kita melihat orang pada kelompok ini memang Allah S.W.T limpahkan keleluasaan untuk makan minum sepuasnya, dan bahkan lebih banyak dari biasanya, dibandingkan dengan sewaktu tidak melakukan puasa. Dan yang pasti, itu termasuk kedalam salah satu rahmat dari Allah S.W.T yang patut disyukuri. Penulis mohon kepada pembaca untuk jangan mengatakan setuju terlebih dahulu sebelum membaca yang berikut ini.
Pandangan yang makan dulu baru sholat Maghrib
Kelelahan bekerja disiang hari yang begitu memeras keringat, meninggalkan rasa haus yang teramat sangat dikerongkongan, dan mandi untuk mendapatkan kebugaran badan dan menyempatkan pada sore hari, rebahan sejenak menunggu berbunyinya sirene tanda awal berbuka, hal-hal demikianlah yang memancing orang yang berpuasa pada kelompok ini mendahulukan kegiatan makan minum untuk berbuka puasa, dan mengerjakan sholat Maghrib sesudahnya. Kalau kita tanyakan kepada mereka, apakah mereka tidak khawatir jika waktu sholat maghrib habis dan masuk waktu Isya, dari mulut mereka, jawaban yang kita dapatkan adalah makan minum ini sebentar cuma, tidak akan sampai habis waktu maghrib / mereka akan menjawab sesudah ini kami akan sholat. Mereka sadari/tidak, di muka mereka terbesit kerisauan atau kekhawatiran waktu sholat Isya sudah masuk karena keasyikan makan dan minum, dan terlihat dengan sangat jelas, kelompok ini menggunakan waktu berbuka puasanya dengan seringnya melihat jam tangan / jam dinding atau jam di hp mereka. Pada intinya, paparan pada paragraf ini, memberikan gambaran bahwa ada kekhawatiran di hati mereka antara habisnya waktu Maghrib karena keasyikan makan dan minum, dan telah mendekatnya waktu sholat Isya.
Pandangan Rasullullah S.A.W
Sebagaimana yang ditulis oleh Firda Harunnisa dalam https://www.liputan6.com/ramadan/read/3965767/begini-cara-rasulullah-berbuka-puasa
Menjelaskan bahwa (dengan pengeditan disana sini oleh penulis) Rasullullah S.A.W membiasakan:
1. Menyegerakan Berbuka Puasa
Salah satu sunah Rasulullah SAW adalah menyegerakan berbuka puasa setelah azan magrib berkumandang. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ
“ لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ”
Dari Sahl bin Sa’ad ra yang berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Kaum muslimin akan selalu dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (HR. Mutafaqun 'alaih)
2. Mengonsumsi Kurma dan Air Putih Saat Berbuka
Berdasarkan hadis Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Beliau berkata:
ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮ ﻝُ ﺍﻟﻠِّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪً ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳُﻔْﻄِﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﺭُﻃَﺒَﺎﺕٍ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﻠِّﻲَ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺭُﻃَﺒَﺎ ﺕٌ ﻓَﻌَﻠَﻰ ﺗَﻤَﺮَﺍﺕٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢ ﺗَﻜُﻦْ ﺣَﺴَﺎ ﺣَﺴَﻮﺍﺕٍ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.”
Dalam hadis tersebut diketahui bahwa Rasulullah SAW berbuka puasa menggunakan kurma basah (ruthab), apabila tidak ada ruthab maka beliau menyantap kurma kering (tamr), apabila tidak ada tamr maka Rasulullah berbuka dengan seteguk air. Beberapa riwayat menyatakan bahwa Rasulullah menkonsumsi kurma dalam jumlah ganjil, yakni 3, 5, dan 7.
Lebih lanjut Firda Harunnisa menuliskan bahwa:
Kurma sendiri memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti meningkatkan stamina dan energi serta menyehatkan sistem pencernaan. Sedangkan air putih berguna menangkal racun yang ada di dalam tubuh.
Penjelasan diatas memaparkan kepada kita kegiatan yang dilakukan Rasullullah S.A.W untuk berbuka puasa, dan secara exsplisit (tersembunyi) menjelaskan, beliau menyegerakan mengerjakan sholat Maghrib sesudah itu, tapi benarkah demikian, mari kita cari tahu dari penjelasan lain.
Sebagaimana ditulis oleh Hasanul Risqa
Dalam https://republika.co.id/berita/q8ksos458/inilah-cara-nabi-muhammad-berpuasa
Setelah memakan kurma basah/kering dalam hitungan ganjil seperti keterangan diatas, Rasullullah S.A.W;
Menyegerakan berbuka dan shalat
Dan ketika berbuka itu, Rasul SAW hanya memakan tiga biji kurma dan segelas air putih, lalu segera berwudhu untuk mengerjakan shalat Maghrib secara berjamaah.
Dari Abu 'Athiyah RA, dia berkata, "Saya bersama Masruq datang kepada Aisyah RA. Kemudian Masruq berkata kepadanya, "Ada dua sahabat Nabi Muhammad SAW yang masing-masing ingin mengejar kebaikan, dan salah seorang dari keduanya itu segera mengerjakan shalat Maghrib dan kemudian berbuka. Sedangkan yang seorang lagi, berbuka dulu baru kemudian mengerjakan shalat Maghrib."
Aisyah bertanya, "Siapakah yang segera mengerjakan shalat Maghrib dan berbuka?" Masruq menjawab, "Abdullah bin Mas'ud." Kemudian Aisyah berkata, "Demikianlah yang diperbuat oleh Rasulullah SAW." (HR Muslim No 1242).
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa Rasullullah S.A.W, itu menyegerakan berbuka puasa dengan memakan kurma basah, atau kering dalam hitungan ganjil atau meminum seteguk air, lalu menyegerakan mengerjakan sholat Maghrib, dan sesudah itu baru beliau makan minum besar, seperti halnya sekarang sebahagian entah kecil/besar kita kerjakan.
Dua penjelasan diatas belum mengantarkan kita pada satu pertanyaan bagaimana seharusnya seorang mukmin yang terpaksa bekerja keras, banting tulang dan peras keringat di siang hari bulan Ramadhan untuk adanya yang akan dimakan oleh 6 mulut anggota keluarganya di rumah, dan mendahulukan makan malam dari pada sholat Maghrib nya di bulan Ramadhan,
Sebagaimana ditulis oleh Agung Sasongko dalam
https://khazanah.republika.co.id/berita/pwna38313/rasulullah-saw-dikenal-sebagai-pekerja-keras
— Suatu ketika ada sahabat yang menyembunyikan tangannya dari pandangan Rasulullah SAW, Rasul heran dan bertanya. Sahabat itu beralasan bahwa ia malu karena sebagai penebang kayu tangannya kasar dan tidak halus.
Rasulullah memegang tangan orang tersebut lalu menciumnya seraya bersabda bahwa tangan seperti inilah tidak akan disentuh api neraka. Ungkapan Rasul SAW sebagai penghormatan betapa Islam sangat menghargai kemandirian dan mencela perbuatan meminta-minta dan menjadi beban orang lain.
Profesi mencari kayu bakar dengan segala faktor kesulitan, kerendahan perolehan hasilnya lebih baik daripada menganggur dan menjadi beban orang lain. Rasulullah sangat mengecam umatnya yang malas bekerja.
Dalam sebuah haditsnya ditegaskan, "Yang sangat menakutkan atas umatku adalah banyak makan, lama tidur, serta malas.”
Pengangguran hanya akan menjadikan seorang manusia menjadi keras hati. " (HR Al-Syihaab)
Kutipan dari Agus Sasongko diatas hanya menjelaskan betapa agama Islam begitu menghargai kerja keras yang dilakukan si penebang kayu untuk menghidupi keluarganya, dan Rasullullah S.A.W, menjelaskan tangan kasar seperti tangannya si penebang kayu seperti itu yang tidak akan dibakar oleh api neraka.
Kutipan diatas, tepatnya belum menjawab pertanyaan yang kita ajukan semula. Pertanyaan yang tadi kita tanyakan adalah “Bagaimana nilai puasa seorang muslim yang karena kelelahan yang teramat sangat, rasa haus yang begitu mendera kerongkongannya, mendahulukan makan malam nya sewaktu berbuka puasa, dan mengakhirkan kewajiban sholat Maghribnya?
Untuk menjawab pertanyaan di paragraf terakhir diatas, dengan kembali membuka-buka situs di internet (satu-satunya jalan bagi penulis mengakomodasi keinginan menulis), tertera dengan jelas hadits-hadits yang sifatnya berlawanan dengan keadaan mendahulukan kegiatan makan malam sebelum menunaikan kewajiban sholat Maghrib di bulan Ramadhan, (sebatas pemahaman penulis), seperti yang ditulis oleh Redaksi Dalamislam dalam situsnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-mendahulukan-shalat-maghrib-sebelum-berbuka-puasa
Salah satu tanda kesempurnaan puasa di bulan Ramadhan sekaligus sunnah puasa adalah segera berbuka bila benar-benar matahari terbenam. Dalam arti, ketika adzan berkumandang dan waktu buka puasa tiba, sangat dianjurkan untuk segera berbuka puasa atau mendahulukan berbuka puasa kemudian menunaikan ibadah shalat Maghrib. Suatu riwayat menyebutkan,
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Hazim dari Sahl bin Saad bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”
(HR. Bukhari)
Yang dimaksud dengan berbuka puasa di sini adalah berbuka dengan makan dan minum secukupnya. Misalnya, mengacu pada keutamaan saat berbuka puasa yang menyatakan bahwa berbuka puasa cukup dengan kurma segar atau kurma kering atau bahkan hanya dengan air putih. Hal ini disebabkan manfaat air putih saat berbuka puasa sangat besar salah satunya adalah melancarkan metabolisme tubuh.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan ruthab (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthab (kurma basah), maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.”
(HR. Abu Daud dan Ahmad. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Setelah menyegerakan berbuka puasa dilanjutkan dengan menunaikan ibadah shalat Maghrib sebelum makan malam. Kecuali jika makan malam telah tersedia maka dianjurkan untuk mendahulukan makan malam sebelum shalat Maghrib.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada shalat bagi yang menahan ingin kencing atau buang air besar.”
(HR. Muslim)
Sementara itu, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila kalian sudah menghadap ke makanan, maka jangan buru-buru shalat hingga menyelesaikan hajatnya (makanannya), meskipun iqamah shalat sudah dikumandangkan.”
(HR. Bukhari)
Dan, hadits dari Anas radhiyallahu ‘anhu menyebutkan,
“Jika makan malam telah tersajikan, maka dahulukan makan malam terlebih dahulu sebelum shalat Maghrib. Dan tidak perlu tergesa-gesa dengan menyantap makan malam kalian.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan pada menjelang akhir tulisannya, Redaksi Dalamislam malah menuliskan
Lalu, bolehkah shalat saat makanan tersaji atau bagaimanakah hukum mendahulukan shalat Maghrib sebelum berbuka puasa?
Terkait dengan hal ini, Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Majmu sebagaimana dikutip dari catatan kaki Al-Baqir (2016) dalam buku Panduan Lengkap Ibadah : Menurut Al Qur’an, Al-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama menyatakan,
“Menyegerakan buka puasa tidak merupakan suatu kewajiban. Sebagaimana dirawikan oleh Syafi’i, Malik, dan Al-Baihaqiy dengan sanad shahih, bahwa Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhu (begitu juga Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu dalam versi Al-Mawardi) segera mengerjakan shalat Maghrib setelah datangnya malam, dan baru setelah itu mereka berbuka. Dan yang demikian itu pada bulan Ramadhan. Komentar Syafi’i mengenai ini : “Tindakan mereka ini untuk menunjukkan bahwa hal itu boleh-boleh saja, dan bukannya karena menyengaja melakukan yang lebih utama.”
(An-Nawawi, Al-Majmu’ VII/331)
Dan pada akhir tulisannya, Redaksi Dalamislam malah menutup tulisannya dengan kata saran mencari keutamaan itu adalah yang diutamakan.
Dari pendapat Imam an-Nawawi di atas dapat dikatakan bahwa mendahulukan shalat Maghrib sebelum berbuka puasa adalah dibolehkan meskipun kita memahami berbagai keutamaan mengerjakan shalat di awal waktu. Namun, sebagaimana sunnah saat berbuka puasa, maka mendahulukan berbuka puasa tanpa melalaikan shalat Maghrib itu sendiri adalah yang utama.
Demikianlah paparan singkat ini bisa penulis ungkapkan, dengan kesimpulan sebatas pemahaman yang ada pada penulis, adalah tidak salah jika saja ada diantara kita yang mendahulukan makan malamnya sewaktu berbuka puasa dan selepas itu baru menunaikan shalat Maghrib,dan ada yang sudah berbuka dengan memakan buah kurma basah/kering dalam hitungan ganjil tadi/ meminum seteguk air saja untuk berbuka puasanya, kemudian menunaikan shalat Maghrib (berjama’ah, tentu yang lebih utama), baru kemudian makan malam, toh, kenyataan yang kita lihat sampai hari ini, masih terjadi. Kedepannya, dengan mengharap pertolongan Allah S.W.T, kita meminta, agar saudara-saudara kita yang masih terbiasa dengan mendahulukan kegiatan makan malamnya sewaktu berbuka puasa, dan mengakhirkan waktu pelaksanaan sholat Maghribnya, diberi kemampuan oleh Allah S.W.T, untuk bisa meniru cara Rasullullah S.A.W, dalam berbuka puasa dan meninggalkan kebiasaan lamanya.
Sebelum menutup tulisan ini, penulis meminta maaf kepada pemilik situs yang penulis pakai dalam tulisan ini karena tidak tahu dimana akan menuliskannya, yaitu permohonan izin dicopy dan diedit, semoga ada kemaafan yang diberikan.
Semoga tulisan ini ada mamfaatnya bagi pembaca, kalaupun tidak, terima kasih telah membacanya sampai tamat. Kepada Allah S.W.T penulis minta ampun, kepada insan manusia penulis minta maaf, akhirul kalam, tolong jawab salam penulis.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Daftar Bacaan:
https://www.liputan6.com/ramadan/read/3965767/begini-cara-rasulullah-berbuka-puasa
https://republika.co.id/berita/q8ksos458/inilah-cara-nabi-muhammad-berpuasa
https://khazanah.republika.co.id/berita/pwna38313/rasulullah-saw-dikenal-sebagai-pekerja-keras
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-mendahulukan-shalat-maghrib-sebelum-berbuka-puasa