Diloso jo diansua

Mengenai Saya

Foto saya
Hi, there, I am Fuad, People says "show your exist-ency by writing." Here I am.
Diberdayakan oleh Blogger.

Maret 16, 2015

Menciptakan setan yang sangat jenius

 Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum.wr.wb,

Syukur alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah S.W.T, dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat bertemu kembali melalui tulisan ini dan shalawat beriring salam semoga dihadiahkan Allah S.W.T kepada Rasullullah S.A.W, yang dengan risalah yang ditinggalkannya, insya Allah selamat kehidupan kita di dunia sampai ke kehidupan di akhirat nanti, Amiin.

Pembaca yang budiman,

Sebuah pigura bertuliskan mendidik manusia tanpa ajaran agama adalah sama saja dengan menciptakan setan yang sangat jenius. Tulisan yang sangat mengena sekali jika dipahami dengan baik. Betapa tidak, karena yang ditujukan dengan pelaksanaan pembelajaran itu adalah perbaikan akhlak individu kearah yang lebih baik dari dasarnya yang tidak berilmu pengetahuan, lalu dididik menjadi insan yang berilmu dan diharapkan dengan ilmu yang dimilikinya, diterapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Ajaran agama-lah yang dinilai mampu menjembatani kekosongan yang dicari dan dibutuhkan oleh manusia itu. Adapun agama yang dinilai mampu menjembatani kekosongan yang dicari dan dibutuhkan itu adalah agama Islam. Islam adalah agama yang sempurna. Islam mempunyai catatan dari adab melakukan apapun kegiatan manusia diatas dunia ini mulai dari adab bangun tidur sampai dengan adab tidur. Tinggal pelaksanaannnya dalam kehidupan kita setiap hari.

Dikembalikan keper-soal-an semula tentang kegiatan mendidik manusia dengan ajaran agama, apakah tanggung jawab itu merupakan tanggung jawab sekolah atau tanggung jawab orang tua?

Yang pasti di sekolah hanya melaksanakan pendidikan tentang ilmu pengetahuan, seperti di SMP hanya melaksanakan pendidikan Agama Islam, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan pendidikan mata pelajaran lainnya. Begitu juga halnya dengan pendidikan di SD dan di SMA. 

Pendidikan ajaran agama dan budi pekerti adalah tugas utama orang tua si anak di-rumah tangga-nya. Tugas lain yang ada di pundak orang tua untuk mengajarkan cara ber-budi pekerti di rumah. Tidak bisa tidak, tugas ini tidak dapat diwakilkan kepada siapapun. Masalahnya sekarang adakah orang tua yang bersangkutan mempunyai pengetahuan tentang ajaran agama dan budi pekerti tersebut dan menerapkannya dalam kehidupannya agar bisa dicontoh oleh si anak. Yang banyak terjadi adalah banyak orang tua itu sendiri tidak memiliki pengetahuan tentang ajaran agama dan budi pekerti. Maka jangan heran anak-anaknya juga tidak memiliki pengetahuan ajaran agama dan budi pekerti. Bahkan banyak orang tua menyerahkan persoalan mengenai ajaran agama dan budi pekerti ini ke sekolah tempat si anak menggunakan setengah hari siangnya, yaitu di sekolah.

Observasi yang pernah penulis lakukan mengenai ajaran agama dan budi pekerti kepada peserta didik di sebuah SMP yang tidak mau mengikuti kegiatan shalat berjama'ah di mushalla sekolah, 

Guru: Kenapa kamu tidak ikut shalat berjama'ah?

Murid: Ayah wak so indak sumbayang, Pak (bhs. Minang) ; (Ayah saya saja tidak sholat, Pak!)

demikian si anak menanggapi panggilan si guru.

Semoga yang ada dilapangan, Agar si Bapak ini ditunjuki hatinya untuk menunaikan kewajiban shalati, dan Allah S.W.T menunjuk-i hatinya si anak ini agar mau untuk melakukan shalat itu.

Artinya lagi tulisan ini berharap semoga mampu mengklarifikasi bahwasanya tugas mengajarkan ajaran agama dan budi pekerti itu adalah tugas orang tua murid di rumah sedangkan tugas guru di sekolah adalah membekali anak didik dengan pengetahuan mata pelajaran tertentu.

Terakhir, ucapan maaf dari penulis kalau ada kata yang salah dan tidak pada tempatnya dan penulis akhiri dengan 

Assalamu'alaikum.wr.wb.

0 komentar:

Posting Komentar